Sabtu, 30 November 2013

JKT48 - Manatsu no Sounds Good (Musim Panas Sounds Good)


Yang mau download lagu ini silahkan aja klik link di bawah :D

JKT48 - Manatsu no Sounds Good (Musim Panas Sounds Good)




Lirik Lagu JKT48 - Manatsu No Sounds Good ( Musim Panas Sounds Good )

Sambil melepas
Luaran baju renang kau
Minta dioleskan sun oil di punggung lalu berbaring
Perkataanmu yang menantang itu bagai
Semerbak aroma , yang terasa manis

Laut dan langit
Biru bagai tak berkaki
Terasa sama seperti hubungan ini

Meskipun cakrawala
Bertabur dan menyatu
Yang saat ini engkau bagiku hanya adik kecil yang manja

[Reff]
Musim Panas Sounds Good
Sambil membisikannya
Ketahap yang berikutnya ku ingin lanjutkan kurikulum dari cinta
Suara Ombak! Sounds Good
Hati ini bergemuruh
Aku ingin lebih serius dari tahun lalu

Yes!!!

Kamu yang sedang
Berjemur di pasir pantai
Kaupun kutinggalkan dan pergi berenang
Seorang diri

Serta ciuman
Darimu yang tiba-tiba
Begitu terasa
Sangatlah asik

Pemandangan yang sedari tadi kulihat
Bahkan udara rasanya telah berubah
Langit dan lautan, pun saling berhadapan
Saling memperlihatkan, kilauan biru
Yang dimilki mereka

[Reff]
Tepi Pantai Good Jobs
Orang yang aku suka
Selalu sedih terasa tak dapat terucap kalau agak terlalu dekat
Pemicunya Good Jobs
Sekarang ku bisa jujur
Merentangkan tangan inilah musim untuk mencinta

[[Intro]]

[Reff]
Musim Panas Sounds Good
Sambil membisikannya
Ketahap yang berikutnya ku ingin lanjutkan kurikulum dari cinta
Suara Ombak! Sounds Good
Hati ini bergemuruh
Aku ingin lebih serius dari tahun lalu

Musim Panas Sounds Good
Ku menyukaimu
Suara Ombak! Sounds Good
Kesampaikan juga
Tepi Pantai Good jobs
Ku menyukaimu
Pemicunya Good jobs
Waktunya sangat pas

Musim Panas Sounds Good...

Makalah Kenakalan Remaja

 

1.Latar  belakang

 

Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
             Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang.  Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
                        Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.

 

Kenakalan Remaja

 Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.

Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :

a.Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.

b.Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

c.Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
  Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
            Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.

            Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.

          Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.

 

2.5 Penyebab Kenakalan Remaja

          Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

Faktor internal:

a.Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

b.Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

c.Reaksi frustasi diri   Dengan  semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang berakibat pada  banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap  berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan,  frustasi, ketegangan  batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.

d.Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja   Adanya  gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu daya  adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan pengamatan  dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran semua.   Tanggapan  anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi  berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.

e.Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja   Berfikir  mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi yang  wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya  pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja  tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai  dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.

f.Gangguan perasaan pada anak remaja   Perasaan  memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar  kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan  pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua  tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.

 

Faktor eksternal:

a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.

b. Teman sebaya yang kurang baik

c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

          Sedangkan  menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor Penyebab kenakalan remaja antara lain  :

a. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.

b. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.

c.Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).

d. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.

e. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.

f. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.

g. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.

h. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.

i. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.

j. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.

 

2.6 Peranan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja

            Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.

            Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat penting bagi remaja.

            Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam  penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan  dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya.

            Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.

            Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya pada saat memesuki usia remaja, yakni :

a. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara

b. Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang belum matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan remaja terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual yang tidak bertanggung jawab dll

c. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.

d. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.

 

Struktur  keluarga anak nakal pada umumnya menunjuk­kan beberapa kelemahan/cacat  di pihak ibu, antara lain ialah seba­gai berikut:  1)      Ibu  ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci  dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan  anaknya.

2)      Ibu  kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewa­nitaan dan keibuannya;  mereka lebih banyak memiliki sifat ke jantan-jantanan.

3)      Reaksi  terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak  harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi ke­butuhan anak-anaknya, baik  yang fisik maupun yang psikis sifatnya.

4)      Kehidupan  perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsis­ten, sangat mudah  berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak  bertanggung jawab secara moral.

Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1)      Mereka menolak anak laki-lakinya.

2)      Ayah-ayah  tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya,  tidak perduli, dan sewenang-wenang ter­hadap anak dan istrinya.

3)      Mereka  pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga  menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada anak dan istrinya.

4)      Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.

5)      Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak kon­sisten.  Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :

1)      Rumah  tangga berantakan. Bila rumah tangga terus ­menerus dipenuhi konflik  yang serius, menjadi retak, dan akhirnya mengalami perceraian, maka  mulailah serentetan kesulitan bagi semua anggota keluarga, terutama  anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan anak menjadi sangat  bingung, dan merasa­kan ketidakpastian emosional. Dengan rasa cemas,  marah dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu.  Mereka tidak tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat  tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap lingkungan.

2)      Perlindungan-lebih dari orang tua. Bila orang  tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan  menghin­darkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang  kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup  belajar mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan – orang tua,  merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak  bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan diri­nya menjadi hilang.

3)      Penolakan orang  tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung  jawab sebagai ayah dan ibu. Me­reka ingin terus melanjutkan kebiasaan  hidup yang lama, bersenang-senang sendiri seperti sebelum kawin. Mereka  tidak mau memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab selaku orang dewasa dan orang  tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban, sebagai  hambatan dalam meniti karir mereka. Anak me­reka anggap cuma  menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.

4)      Pengaruh buruk dari orang  tua.

a. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup,  senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap  rokok ber­ganja, bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya. dari orang  tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular  atau infeksius kepada anak. Anak jadi ikut-­ikutan kriminal dan  a-susila, atau menjadi anti-sosial. Dengan be­gitu kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.

b. Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan   Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai “sekolah dengar”  daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas,  kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak  membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.  Selanjutnya,  berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang  tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu,  jengkel dan apatis.  Di  kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan  tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan  yang “tidak adil”. Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan  naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat;  tetapi di pihak lain anak­ dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem regimentasi dan sistem sekolah-dengar.  Ada  pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki de­dikasi pada  profesi, dan tidak menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang  profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pe­ngajar hanya  berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan  kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka  lebih berkepentingan dengan ­masalah mengajar atau mengoperkan informasi  belaka.

c. Media elektronik   Tv,  video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental  remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton  tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah  penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa  film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada  tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih  terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan  teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika  menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah    ditangani  polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan  film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi  film-film yang ditontonnya.

d.      Pengaruh pergaulan  Di  usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema  sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui telefon.  Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan  cowok/ cewek yang ditaksir dsb.  Hubungan  sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan  orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah  informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai  sosial yang ada di sekelilingnya. Semua ­faktor ini menjadi penyokong  dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena  pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan  remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini  disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman  pergaulannya.

 

Adapun bentuk-bentuk dari kenakalan remaja adalah :

a.       Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa serta orang lain

b.       Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan dan kadang-kadang pergi ke pasar untuk bermain game

c.       Memakai dan menggunakan bahan narkotika bahkan hal yang mereka anggap ringan yakni minuman keras.

d.       Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, seperti permainan domino, remi dan lain-lain.

e.       Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, sehingga harus melibatkan pihak yang berwajib.

 

SOLUSI/Cara Mengatasi Kenakalan Remaja:
 Dari berbagai permasalahan yang terjadi dikalangan remaja masa kini, maka tentunya ada beberapa solusi yang ditawarkan kepada kita:
1. Membentuk lingkungan yang baik.
-Caranya ialah agar anak-anak itu  lebih banyak berkumpul dan bergaul dengan orang-orang yang takut akan Allah atau memilih teman yang dekat dengan Tuhan.  Jika hal ini mampu kita lakukan maka peluang bagi remaja/anak untuk melakukan hal yang negative akan sedikit berkurang.
 2. Sekolah –Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan remaja.  Ada banyak hal yang bisa kita lakukan di sekolah untuk memulai perbaikan remaja, diantaranya melakukan program mentoring pembinaan remaja lewat kegiatan kerohanian.
  3. Pembinaan dalam keluarga:
          Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak.  Mulailah perbaikan dari sikap yang paling kecil, seperti selalu berkata jujur meski dalam candaan/gurauan.  Jangan sampai ada kata-kata bohong, dan jangan lupa adakan kebaktian pagi.

Orangtua adalah orang yang paling bertanggungjawab dengan akhlak dan perilaku anaknya.  Orangtua harusnya memberikan perhatian lebih terhadap anak-anak mereka.
 

Perlu kita ingat bahwa kelengahan, keteledoran dari salah satu lingkungan, merupakan kegagalan dalam pembinaan remaja dan akan berarti sia-sialah atau gagallah pembinaan oleh lingkungannya.
Jadi, masalah Kenakalan Remaja merupakan sebagian masalah sosial yang saling kait mengait satu sama lain dan kompleks sehingga dalam pembinaan remaja serta mengatasinya mengharuskan adanya koordinasi fungsional dan lintas sektoral dari semua pihak yang ada hubungannya serta mempunyai tanggungjawab demi keselamatan masa depan remaja khususnya untuk kepentingan Nusa dan Bangsa pada umumnya.

Masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan dalam memperbaiki kenakalan yang terjadi saat ini.  Semuanya adalah merupakan tanggung jawab kita.  Marilah kita bekerjasama untuk memperbaiki masa depan generasi kita, karena hitam dan putih bangsa ini ada ditangan mereka semua.  Jika kita tidak memulai dari sekarang dan dari kita sendiri, maka siapa lagi yang akan memulai dan memperbaikinya.